Children Who Chase Lost Voices from Deep Below – A Tribute from Makoto Shinkai

Ketika mendapatkan kabar bahwa Makoto Shinkai kembali berkarya membuat film animasi, dalam hati aku bersorak riang, “Welcome back Shinkai-sensei!” Bayangkan saja, karya terakhir Shinkai yang berjudul 5 centimeters per second rilis tahun 2007, butuh penantian 4 tahun untuk menonton karya panjang Shinkai yang berikutnya. Sayangnya film yang judul aslinya Hoshi wo Ou Kodomo (anak pengejar bintang) hanya diputar dengan layar terbatas. Malah bioskop jaringan TOHO dekat tempat tinggalku tak menayangkan film ini, sedangkan kalau aku mau nonton mesti pergi ke pusat kota yang agak jauh. Alhasil, aku cuma menunggu keluarnya DVD originalnya saja untuk di sewa. Apakah kali ini Makoto Shinkai kembali membuat para “Galau-ers” kembali menggalau setelah menonton film karyanya?

Seorang gadis muda bernama Asuna, sering menyendiri diatas bukit ditemani kucingnya Mimi sambil mendengar suara “radio” misterius yang dihasilkan dari kepingan kristal peninggalan mendiang ayahnya. Ibunya yang jarang berada di rumah karena sibuk bekerja sebagai perawat rumah sakit, membuat Asuna harus mengurus diri sendiri dan rumahnya hingga menyebabkan dirinya lebih cepat dewasa dan mandiri. Pada suatu hari ketika Asuna sedang berjalan di pinggiran rel kereta, tiba-tiba saja disergap binatang aneh mirip beruang. Asuna diselamatkan seorang anak lelaki bernama Shun yang mengaku berasal dari tempat bernama Agartha. Tak lama ketika Shun menghilang, muncul anak lain yang mengaku bernama Shin adik dari Shun. Dari guru sekolahnya Morisaki-sensei, Asuna mengetahui bahwa Agartha adalah nama dunia bawah tanah semacam alam barzah, tempat gerbang hidup-mati terletak. Terseret antara konflik kepentingan dan perebutan kristal yang menjadi kunci pembuka gerbang masuk Agartha, Asuna dan Morisaki-sensei yang memiliki agenda dan kepentingan pribadi, masuk ke dunia Agartha dan bertemu kembali dengan Shin.

Ternyata Makoto Shinkai kali ini harus mengecewakan para “Galau-ers” dengan mempersembahkan film baru yang bertema petualangan dibanding tema romantisme cinta penuh kegalauan. Ketika menonton film ini, tanpa sadar aku merasakan Deja Vu dengan beberapa anime karya Hayao Miyazaki seperti Nausicaa, Princess Mononoke dan Spirited Away, terutama sekali judul yang terakhir Spirited Away. Sama-sama menampilkan tokoh heroine seorang gadis belia, yang sama-sama bertualangan di dunia lain. Tak ada salahnya jika aku membandingkan film ini dengan Spirited Away, toh Shinkai terang-terangan mengaku sebagai fans berat Miyazaki. Kalau dalam Spirited Away bersetting di dunia penuh imajinasi, Shinkai di sini mencampurkan konsep dunia Agartha dengan beberapa mitologi. Misalnya saja mitologi Indian kuno dengan memunculkan dewa bangsa Aztec Quetzalcoatl (walau konsep dasarnya agak berbeda dibanding mitos aslinya), lalu hadir pula kendaraan terbang Vimana yang berasal dari mitologi Hindu. Memang sih film ini mengambil tema tidak seberat Spirited Away yang penuh kritik sosial kemasyarakatan Jepang modern (toh karena dibalut kisah dan animasi fantastis, tema berat Spirited Away tetap saja bisa menghibur orang yang tak paham inti ceritanya), tapi dengan tema ringan seperti ini justru akan membuat film ini akan lebih mudah dilupakan penonton. Aku rasa film ini tak akan se-memorable 5 cm/sec yang bisa membuat galau hingga beberapa waktu.

Anda tak perlu menanyakan kualitas gambar dan animasi film ini, jika anda kenal siapa itu Makoto Shinkai. Apalagi kali inipun Makoto Shinkai kembali membawa serta team produksi yang menghasilkan 5 cm/sec. Shinkai kembali dengan pemaparan background dan landscape yang indah, serta warna dan pencahayaan yang memukau. Walaupun menurutku setting dunia Agartha tidak seimajinatif bila dibandingkan setting dunia Chihiro dalam Spirited Away, Shinkai bisa menutupinya dengan keistimewaan animation art ciri khas Makoto Shinkai. Agak menyesal juga aku karena tidak menonton di bioskop, karena tentunya efek keindahan gambar akan lebih terasa jika dilihat di layar lebar.

So my verdict, film ini indah gambarnya, menghibur dan enak ditonton, akan tetapi sayangnya tidak cukup memorable. Kalau melihat betapa Shinkai beberapa kali menggunakan gaya Hayao Miyazaki dalam pembuatan film ini, cukup layak jika film ini kusebut sebagai A Tribute to Hayao Miyazaki from Makoto Shinkai.

Rating: 3.5/5

13 thoughts on “Children Who Chase Lost Voices from Deep Below – A Tribute from Makoto Shinkai

  1. @lambrtz
    sampeyan juga masuk list member koq selama beberapa waktu 😈

    @jensen
    Nggak sih. Tujuan mereka ke gerbang hidup-mati, pastilah pengen ngidupin orang yg udah meninggal.

    1. @Elkha
      Sayangnya film ini gak bikin galau, kasihan para Galau-ers gak bisa menggalau πŸ˜†
      kayaknya gak masuk bioskop deh. Kalau DVD original sih gak tau. Kalau bajakan atau download saya gak berani rekomendasi, ntar dibilangin nggak menghargai jerih payah pembuat film.

  2. ^
    jika tidak mungkin mendapatkan secara legal…. maka para oportunis akan dengan senang hati mengambil kesempatan itu.
    *buang kaca*

  3. kira2 kapan DVD original nya keluar ?
    meskipun tidak bikin galau, karya makoto shinkai tetap selalu memukau bagi saya. πŸ˜€

  4. @Akiko
    Saya khan cuma gak mau tanggung jawab kalau ada yg gugat nantinya

    @ardhie
    si sensei pengen nyoba gaya baru kali πŸ˜†

    @scarlet94
    Lah,saya nonton DVD original koq. Udah keluar tuh.

  5. secara grafis menurut abis top abis keren2 gara 5cm/second ane jadi pemburu karya2 makoto shinkai… di film ini galaunya ga terlalu dapet padahal yang di tunggu2 itu galau nya hahaha

  6. akhirnya saya bisa nonton juga ni film,,
    menurut saya sih drama nya masih kurang menyentuh hati dan situasi konflik nya masih kurang,,tapi klo soal grafis dan background film nya menurut saya keren abis sma seperti 5cm/second..
    menanti film makoto shinkai yg selanjutnya terutama yang bikin galau hehe

  7. Pingback: Your Name (Kimi no Na wa) | Toumei Ningen - The Reviews

Leave a reply to AnDo Cancel reply