Ip Man 2 – Sequel yang mengulang tema usang

Banyak orang yang memuji Ip Man 2, tapi bagiku Ip Man 2 tak lebih dari drama yang mencomot tema lama (termasuk tema film prequelnya Ip Man). Coba lihat adegan akhirnya yang bertarung melawan petinju Inggris! Anda yang pernah menonton film Jet Li lama yang berjudul Born to Defense hingga yang agak baru Fearless tentu pernah melihat cerita yang mirip dengan yang ini. Bahkan jika kita mengkategorikan petarung asing non-bule juga dimasukkan sebagai lawan, tema silat China versus seni bela diri non-China seperti Jepang pernah ditampilkan dalam prequelnya dan Fist of Fury (beserta film-film pengekornya). Malah yang paling anyar film barunya Yuen Woo-ping yang berjudul True Legend juga menampilkan pertarungan sejenis. Pendek kata, cerita nasionalisme China lewat adegan pertarungan pesilat China lawan non-China sudah agak basi. Belum lagi karakter baru si polisi gendut yang dimainkan Kent Cheng kenyataannya mirip dengan karakter Li Zhao yang mantan polisi nyambi jadi penerjemah orang Jepang dalam film prequelnya Ip Man. Pendek kata, Ip Man 2 ini terlihat doyan mengulang tema usang.

Memang masuknya karakter baru Wong Lung murid Ip Man cukup menarik, ditambah dengan pengembangan karakter lama seperti Master Jin yang tadinya antagonis menjadi protogonis lumayan baik. Sayangnya karakter menarik yang dibawakan Simon Yam justru tersendat begitu begitu saja, padahal keberadaan Simon Yam sebagai gelandangan sakit mental patut disorot lebih mendalam. Karakter Ip Man sendiri sedikit berkembang, walaupun tak terlalu banyak.

Tadinya aku agak berharap film ini membahas kehidupan Ip Man yang sebenarnya. Misalnya dukungan Ip Man kepada Kuo Mintang menyebabkan Ip Man terpaksa lari ke Hongkong demi menghindar dari pengaruh Partai Komunis (bukan lari dari perang Jepang-China). Kemudian kenyataan Ip Man sebagai pemadat opium akut juga sangat menarik menarik untuk dibahas, walaupun kenyataannya tak ada satupun adegan yang menyinggung soal Kuo Mintang dan opium muncul dalam film. Maklumlah, film ini dirilis di RRC yg notabene dikuasai Partai Komunis dan juga pihak keluarga Ip sepertinya tak bakalan mengijinkan sisi gelap sang Grandmaster dibahas dalam film. Lalu yang agak lebay justru munculnya karakter Bruce Lee kanak-kanak diakhir film. Tingkah aktor kecil yang dibuat-buat mirip dgn Bruce Lee dewasa justru membuatku sebal. Belum lagi si bocah umur 10 tahun itu memperkenalkan dirinya bernama Li Xiao-long (Lee Siu-lung), sebuah nama yang dipakai Bruce Lee sebagai nama panggungnya ketika Lee dewasa mulai serius berkarir dalam dunia film. Tapi sudahlah, toh sejak awal film ini memang sudah ditujukan untuk hiburan dalam kerangka semi-biografi.

Bagitu sajalah jadinya film ini? Oh, tidak. Secara teknik film ini melebihi film sebelumnya, terutama dari segi tata laga. Laga puncak pertarungan antara Wing Chun versus Tinju justru tak terlalu seru, yang paling berkesan justru 2 laga sebelumnya yaitu tarung 1 lawan 1 antara kungfu Wing Chun Vs kungfu Hung Gar di atas meja yang dipertontonkan oleh Donnie Yen dan Sammo Hung. Pertarungan lain yang menarik perhatian adalah adegan dikeroyoknya Ip Man dan muridnya oleh gerombolan praktisi Hung Gar. Dua adegan ini jauh lebih menggetarkan dibandingkan tarung Ip Man Vs Jenderal Miura maupun Ip Man Vs 10 karateka dalam prequelnya. Malah boleh dibilang adegan laga film ini adalah adegan laga terbaik film kungfu tahun 2010 yang pernah kulihat hingga saat ini. Bahkan True legend yang bagus kualitas adegan tarungnya pun harus malu bila disandingkan dengan adegan laga dalam Ip Man 2.

Jadi menurutku, walaupun bukan film yang bagus-bagus amat, Ip Man 2 masih bolehlah untuk menghibur penonton. Malah mungkin mendapatkan nilai lebih dari para penonton yang tidak pernah menonton prequel dan film-film bertema mirip dengannya.

Rating: 3/5

12 thoughts on “Ip Man 2 – Sequel yang mengulang tema usang

  1. betul sekali, sayang sekali karakter Simon Yam kurang dimaksimalkan.

    Gua juga kurang suka dengan pertarungan final terakhir di IP Man dan IP Man 2

    1. @bangmupi
      betul bang. Pas adegan laga Wingchun vs tinju, koq seakan-akan orang2 kulit kuning bermata sipit itu semuanya pihak pembela kebenaran dan orang bule itu kalau nggak jahat tentu memandang rendah ras lain. Stereotype banget dan cenderung lebay.

  2. ngomong2 Donnie Yen, beberapa hari yang lalu saya baru nonton Shanghai Knight di TV, di situ dia jadi penjahat 😛

    tapi dia emang salah satu aktor kungfu yang paling asik diliat gaya bertarungnya, meskipun di film itu kalahnya konyol banget, ditembak kembang api 😆

    dan ngomong2 kungfu vs tinju, kok jadi inget salah satu chapter di komik Kungfu Boy jaman SD dulu ya? 😕

  3. iya sih,, kerasa chauvinismenya.
    Tapi-tapi kalo saya suka yang di endingnya,, yang ketika bruce lee cilik dengan pongahnya berkata ingin berguru kepada Ip Man 🙂

    *kunjungan balik setelah lama tak mencoret2 wp*

    1. @Arm
      Story arc Chinmi belajar sama guru Yosen, Chinmi vs petinju :mrgreen:
      prinsip guru Yosen: Tak perlu pukul banyak2 tp lawan tetap berdiri. Yang penting satu kali pukul, lawan jatuh dan tak bisa bangkit! 😈

      @maryamingty
      Yah, mungkin beda selera aja. Apalagi sebelum nonton aku udah baca sedikit biografi Ip Man.
      *menyambut kembali si anak hilang*

      @putri
      Seperti kata maryamingty, Ip Man itu gurunya Bruce Lee*

  4. “anak hilang” haha bisa aja.
    Eh iya,, blog Yusahrizal masih setia nangkring di blogroll punya saya loh 🙂

    Btw Toumei Nengin yang di headshot artinya apa sih?

  5. Saya sudah menonton IP Man 2, walaupun belum menonton yang pertama.
    Dan sebagian besar setuju sama tulisan anda :).

    Laga terakhir mirip dengan adegan di film Fearless.

    Tapi, tetap saja ane masih terkagum-kagum melihat aksi pertarungan di atas meja :mrgreen:

    1. Emangnya ada rencana bikin yg ke-3 gitu? Donnie Yen aja udah gak mau main pilem yg ada hubungan dengan Ip Man setelah yg ini koq. Tp aku penasaran sama versi Wong Kar-wai dgn Tony Leung sbg Ip Man nih. Nggak tau kapan rilis.

Leave a reply to 安藤君 Cancel reply